Sabtu, 7 desember 2013
Hari ini kami mahasiswa
dan mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan
2013 baik regular A maupun regular B melakukan perjananan wisata ke Pasar
terapung Lok Baintan dan Pulau Kambang untuk memenuhi tugas ujian tengah
semester mata kuliah teori Menyimak dari Bapak Drs. Sabhan, M.Pd. Kami diminta berkumpul pada pukul 05.30 di dermaga
seberang Mesjid Sultan Suriansyah. Untuk menuju kesana kami menggunakan kelotok
sebagai alat transportasi. Kelotok adalah sejenis sampan bermesin yang biasa digunakan masyarakat Banjar melintasi
sungai. Keberangkatan kami dibagi menjadi 4 giliran keberangkatan. Saat
saya tiba disana, saya mendapat giliran kelotok ketiga yang berangkat pada
pukul enam lewat.
Sepanjang perjalanan
menuju Pasar Terapung Lok Baintan, kami melewati rumah-rumah penduduk ditepi
sungai yang bagian belakangnya menjorok kesungai. Sebagian besar rumah penduduk
itu terlihat kumuh, walaupun tidak semuanya seperti itu. Dari yang saya lihat
sungai merupakan bagian terpenting dari kehidupan masyakarat. Dapat terlihat
dari masyarakat yang menggunakan air sungai untuk mandi, menggosok gigi,
memasak, bahkan buang air. Banyak juga
kayu gelondongan mengapung di sungai tersebut.
Setelah menempuh waktu
kurang lebih 1 jam, kami tiba di Pasar Terapung Lok Baintan. Secara umum,
Pasar Terapung Lok Baintan tidak berbeda dengan Pasar Terapung di Muara Kuin. Keduanya sama-sama pasar tradisional di atas jukung yang
menjual beragam dagangan, seperti hasil pertanian atau perkebunan. Seperti yang
dijual para pedagang pada hari ini, yaitu jeruk, kacang, dan berbagai kue
tradisional. Tak ada organisasi pedagang sehingga
jumlah mereka yang berjualan tak terhitung. Pasar tersebut berlangsung
tidak terlalu lama, paling lama sekitar tiga hingga empat jam.
Mereka datang untuk berjualan, dan
bubar dengan sendirinya ketika matahari pagi mulai terik. Pedagangnya didominasi oleh
perempuan .
Setelah dari Pasar Terapung kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Kambang. Pulau Kambang adalah objek wisata yang jarang terlewatkan
apabila orang mengunjungi pasar terapung, seperti telah ditawarkan dalam satu
paket. Keadaan di Pulau kambang cukup menghawatirkan, karena tidak terawat dan
banyak sampah. Jumlah wisatawan lokal yang datang mengunjungi Pulau Kambang
cukup banyak. Di Pulau Kambang ini terdapat ratusan bahkan mungkin ribuan monyet yang selalu datang mendekat ke arah pengunjung, terlebih lagi jika
mereka sedang lapar. Tidak jarang monyet-monyet itu merebut benda yang dibawa
pengunjung. Seperti teman kami, Yanti, yang sepatunya diambil oleh monyet.
Setelah puas berkeliling pulau Kambang
serta berfoto ria, perjalanan wisata kami pun berakhir. Kurang lebih pukul 10.30
kami kembali ke depan Mesjid Sultan Suriansyah, tempat dimana kelotok
bertambat. Setelah mengambil kendaraan masing-masing yang diparkir di halaman
Mesjid, kami pun pulang kerumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar